Saturday, June 15, 2013

Villa Anggun Biru

HANTU MUKA RATA SEBELAH




Panggil saja aku Angel. Waktu itu, aku sedang libur semesteran. Karena bosan aku tak pergi kemana-mana, aku pun memutuskan untuk pergi ke puncak bersama teman-teman sekalian refreshing habis ujian.
Aku mengajak Shera, Keni, Rangga, Kevin dan Indra. Kami menyewa Villa Anggun Biru, dengar-dengar dari warga sekitar kalau villa itu angker tapi kami tak percaya. Akhirnya, kami tetap menyewa villa tersebut. Penjaga yang biasa jaga disana pun mengatakan kepada kami kalau villa itu berhantu. Tapi kami tetap tak percaya.Kami pun masuk ke villa itu.

Entah kenapa udara disana panas, aku pun ingin mandi. Saat aku menyalakan keran ternyata keran itu mati aku bingung harus bagaimana. Aku pun memakai bajuku lagi dan meminta bantuan kepada Kevin. “Kev, gue mau mandi nih.” Kata aku. Jawab Kevin “Ya udah, kalau lu mau mandi, mandi aja apa susahnya sih?”. “Kerannya mati, tolong dibantu dong” kata aku minta bantuan. Kevin pun masuk ke kamar mandi untuk menyalakan keran tersebut.

“Gel, ini nyala juga. Bilang aja lu kangen gue jadi lu panggil-panggil gue. Curi-curi kesempatan karena cewek gue nyusul kesini nanti.” Kata Kevin menggoda. “Pede banget sih lu? Mana mau gue kangen sama lu? Gue kangennya sama si piiiip” kataku mengelak. Tiba-tiba ada suara benda dibanting. Kami berdua kaget dan berlari menuju sumber suara.

Kami bertanya pada Rangga, Keni dan Shera yang sedang diluar dan mereka berkata mereka tidak membanting apapun. Perasaanku mulai tak enak, tapi aku anggap saja itu biasa mungkin ada kucing.

Karena perasaanku itu aku pun jadi enggan mandi karena tiba-tiba udara disana jadi dingin. Malam kami lewati dengan bernyanyi-nyanyi dan tertawa bersama. Dan kebetulan waktu itu Indra membawa gitar kesayangannya. Jadi, Kami menghabiskan waktu dimalam itu dengan gonjreng-gonjreng gitar.
Saat itu, suasana malam sangat hening tetapi langsung ricuh karena suara gitar si Indra dan tawa kami semua. “Ssssttt” ditengah gelak tawa kami terdegar suara seperti itu. Kami kaget dan tiba-tiba diam. Kami melihat satu sama lain dan semua mengangkat bahu.

“Ah, kok jadi diam begini sih? Ayo lanjut lagi !!!” kata Rangga mulai ramai. Kami pun melanjutkan lagi. Tiba-tiba terdengar suara bayi menangis, kami pun mulai takut dan tiba-tiba ada yang mengetok jendela villa dengan keras. Kami pun semakin takut dan kami pun semakin memojok. Akhirnya, Kevin berusaha memberanikan diri untuk membuka pintu. Ia kaget ternyata yang mengetuk jendela itu adalah suami dari pemilik rumah tetangga sebelah, Ibu Lina yang sedang mabuk.

“Aduh, nak maaf ya mengganggu, suami saya salah alamat. Sekali lagi maaf ya, atas nama suami saya. Maaf sudah membuat kalian kaget.” Kata Ibu Lina. “Oh iya tak apa-apa kok bu. Bayi ibu sedang menangis ya? Mungkin karena kami berisik maaf ya bu” kata Kevin turut minta maaf
“Anak ibu? Anak ibu sudah besar semua ya mungkin seumur kalian , jadi tak mungkin kalau menangis seperti bayi.” Kata Ibu Lina. “Oh begitu ya bu? Lalu siapa yang menangis ya?” Tanya Kevin heran. “Emmm… Tak tahu… Ibu pulang dulu ya nak.” Kata Ibu Lina gugup. Melihat tingkah Ibu Lina, Kevin menyimpan rasa curiga. Sepertinya, Ibu Lina tahu tentang ini ujar Kevin dalam hati. Kevin pun bengong di pintu memikirkan apa yang telah terjadi.

“Woy !!! Jangan bengong disitu… kata orang sunda nanti Bisi nongtot jodo” kata Shera. “Hah? Maksudnya?” Tanya Keving bingung. “Gak tau lah gue juga. Katanya sih kalau mau punya jodoh jadi susah. Wah, berarti nanti lu diputusin pacar lu hahahah…” Kata Shera. Teman lain pun tertawa. “Ah, itu sih mitos” kata Kevin.
Kevin pun menutup pintu, dan kembali bergabung dengan teman yang lainnya. Mereka melanjutkan lagu yang tadi mereka nyanyikan. Setelah selesai dan puas bernyanyi, mereka merasa ngantuk. “Hoammm… Ken, Gel, kita tidur yuk! Gue ngantuk nih.” Ajak Shera. “Iya yuk guys kita tidur bener kata Shera ngantuk beneran” Kata Rangga setuju dengan ucapan Shera.

“Ya udah kalian duluan aja, gue belum ngantuk” Kataku dan Kevin serentak. “Ciee… Ngomongnya pake bareng segala… Jangan-jangan jodoh baru nih hahahah” kata Keni menggoda. “Apaan sih lu? Gue udah punya cewek, lagian enak di dia rugi di gue” Kata Kevin. “Eh, emangnya gue mau ama lu?” kataku mengelak omongan Kevin. “Ah, mata gue tinggal 5 watt lagi. Gue mau tewas dulu ah…” kata Keni sambil mengambil selimut yang ada di kursi ruang tamu.
Mereka semua pun terlelap kecuali Aku dan Kevin. Kevin mengajakku keluar untuk jalan-jalan sebentar. “Gel, kita keluar cari angin yuk! Disini bosan” ajak Kevin. “Curi-curi kesempatan lu ngajak gue jalan-jalan waktu kagak ada cewek lu” kataku cuek. “Ah ya udah kalau gak mau, gue jalan sendiri aja. Palingan nanti ada yang … “ kata Kevin menghentikan perkataannya untuk menunggu respon dariku. “iya iya.. gue ikut” kata ku.

Ya, aku terpengaruh saja dengan perkataan Kevin karena memang aku agak penakut. Kami jalan berdua, mengobrol menanyakan hubungan Kevin dan Alya. “Eh, hubungan lu sama Alya gimana?” Tanyaku kepada Kevin. “Ya baik aja sih tapi si Alya sibuk mulu jadi susah kalau mau ketemuan” Jawab Kevin sambil menendang kerikil. “Ya, maklum aja lah dia kan mau bangun usaha sendiri. Jadi sibuk juga wajar aja.” Kataku.

“Malam ini lumayan dingin ya?” kataku sambil melingkarkan tanganku di perutku. “Lu pake jaket tipis kali jadi dingin.” Kata Kevin sambil menutupi tubuhku dengan jaketnya dan merangkulku. Aku terdiam kaget, beberapa saat kemudian udara sudah tak dingin lagi. Aku pun melepaskan jaket dan mengembalikannya pada Kevin.

“Ya udah lu pegang dulu aja. Gue udah nyaman gak pake jaket.” Kata Kevin. “Tapi bibir lu udah biru begitu” kataku sambil menyenterkan wajahnya. Kami pun jalan lagi, dan bercanda. Kevin berusaha menakutiku tetapi malah aku yang membuatnya kaget. Raut wajah Kevin begitu lucu ketika aku kagetkan. Aku tertawa melihat wajahnya. “Dasar dari SD jail lu kagak abis-abis ya!!” Kata Kevin menggelitikku. Aku tertawa geli.

Tring~Tring~!!! Suara ketukan mangkok terdengar. “Loh, kok tengah malem gini ada tukang bakso ya?” Tanyaku bingung. “Mana gue tau…. Lu mau?” Kata Kevin menawariku. “Enggak ah…” Jawabku. Aku bengong melihat ada perempuan cantik berambut panjang berjalan sendiri membeli bakso tersebut.
Perempuan itu makan bakso itu, aku heran mengapa bakso itu besar sekali. Aku perhatikan ternyata itu adalah kepala manusia. “Kev, ayo kita pergi dari sini..” kataku menarik tangan Kevin. “Kok, buru-buru begitu sih?” Tanya Kevin heran sambil kuseret. “Pokoknya kita harus pergi!!!” kataku memaksa. Tiba-tiba langkahku terhenti, karena ada sesuatu yang menghalangiku.

Aku lihat dari kaki kemudian keatas. Ya ampun, manusia tanpa kepala dan bertanya kepadaku “Neng? Liat kepala saya tidak”. “Ada di mangkok…” Kataku dan langsung jatuh pingsan.
Saat sadar, aku sudah berada di sofa ruang tamu dan aku melihat Kevin yang sedang tertidur dengan posisi duduk menungguiku sambil memegang tanganku. Aku berusaha untuk bangun, tiba-tiba Kevin terbangun mungkin karena aku terlalu banyak gerak sehingga membangunkan Kevin.

Aku bertanya pada Kevin “Kev, sebenarnya apa yang terjadi tadi malam?”. “Tadi malam, lu pingsan gue bawa ke villa dan gue baringin lu di sofa ini karena kamar cewek dikunci.” Kata Kevin. “Terus kenapa lu kagak tidur dikamar?” Tanyaku heran. “Gue mau nemenin lu disini, kalau ada sesuatu gimana coba?” Kata Kevin. Ya Tuhan, baik sekali anak ini? Beruntung ya si Alya punya cowok kaya dia. Andai aja gue juga punya. Etdah!!! Mikir apa sih gue? Batinku.
“Eh, tapi kenapa gue bisa pingsan?” tanyaku heran. “Mana gue tahu… Mungkin lu kedinginan, tapi sebelumnya lu bilang Ada dimangkok dan gue gak ngerti apa maksudnya tiba-tiba buakk lu jatuh” Jelas Kevin. “Emang kenapa sih lu bilang gitu?” tanyanya heran. “Erm~ gak apa-apa.” Kataku.

Yang tadi malam itu mimpi atau bukan ya? Kalau bukan mimpi kok bisa Kevin gak liat manusia kepala buntung itu? Pikirku. “Ah, udah ah lupain aja Angel” kataku sambil mengetuk jidatku. “Lupain apanya?” Kata Kevin yang sudah dari dapur dan langsung menghampiriku kemudian menyimpan gelas di meja. “Gak, gak apa-apa” kataku. “Aneh lu.” Kata Kevin. Kemudian, Shera keluar dari kamar, dan langsung kaget ketika melihat Kevin sedang berbicara dengan ku dengan posisi aku di sofa dan Kevin dilantai.

“Hey, apa yang kalian lakukan disini? Kalian maksiat ya? Tadi malam kan kalian gak tidur di kamar. Jangan-jangan….” Kata Shera asal ngomong. “Ngomong apaan sih lu? Orang kamar malam sama lu dikunci!!! Ya gue gak bisa masuk lah… Dasar bego lu..” Kataku. “Oh iya ya, gue lupa… heheheh…. Tapi kalian gak ngapa-ngapain kan?” tanya Shera. “Ya kagak lah… Ngaco aja lu ngomong gitu… Kalau gue ngapa-ngapain gimana sama cewek gue? Udah ah ngomong lu makin hari makin ngaco… Gel, tuh minum airnya.” Kata Kevin langsung menuju ke dapur.

Shera langsung duduk disebelahku yang sedang minum air putih. “Gimana rasanya jalan berdua sama si Kevin? Seneng ya?” Tanya Shera sambil merangkulku. “Apaan sih lu?” Kataku. “Jangan bohong deh… keliatan kok dari wajah lu kalau lu naksir sama si Kevin.” Kata Shera menggodaku. Aku pun langsung tersedak dan berhenti minum. “Uhuk!!! Uhuk!!! Najisss….” Kataku dan langsung pergi ke dapur.
“Nah, sekarang lu mau samperin si Kevin kan?” Kata Shera. Aku langsung balik lagi “Salah jalan” aku langsung masuk ke kamar dan menutup pintu. “Bohong lu” kata Shera berteriak dari sofa tempat ia duduk. “Kagak!!! Tadinya gue mau mandi… Gue lupa bawa handuk…” Kataku berteriak dari kamar.

Aku pun selesai mandi dan keluar dari kamar mandi. Shera pun masuk, dan menyalakan keran. Aku yang sedang mengambil air minum kaget mendengar Shera menjerit begitu keras dari kamar mandi. Shera membuka pintu, kebetulan didepan pintu ada Indra yang sedang mengantri untuk mandi. Shera langsung memeluk Indra. “Ada apa?” tanya Indra kaget. “Keran itu mengeluarkan darah!!!” Kata Shera dan memeluk Indra semakin erat.

Tiba-tiba, Brang~!!! Terdengar seperti suara semacam kaca pecah. Semua mata tertuju kepadaku karena saat itu akulah yang berada dekat rak piring. Aku bingung, melihat sekelilingku dan tak ada apapun. Kemudian, kami bersama mencari asal suara itu dan ternyata itu suara vas bunga dekat kamar cowok yang pecah. Padahal, pada saat itu tak ada kucing.

Perasaanku dan Shera mulai tak enak, karena kejadian yang sudah menimpa kami berdua. Aku merasa takut, maksud dari ini apa. Tapi aku berusaha melupakannya. Kami pun melanjutkan aktivitas kami. Kami bersiap-siap karena kami akan main ATV di lapang sana. Rangga mulai memanaskan mesin mobil.

Kami pun meninggalkan villa dan pergi ke lapang. Kami bermain ATV dan berfoto di saung kami. Saat aku memotret mereka, entah kenapa ada asap putih. Tapi aku berpikir itu hanya efek cahaya. Ketika aku mencoba memotret lagi ada seorang wanita dibelakang Rangga. Ia cantik dan persis dengan wanita yang aku lihat tadi malam.

Dengan pose yang anggun, wajah yang cantik dan senyum yang manis. Aku tak berhenti memandang foto itu. “Hey~!!! Apa yang lu lakuin disitu? Sini kameranya gue mau liat hasilnya.” Kata Rangga. “Erm~ Ini Hasilnya kebakar… Foto sekali lagi ya…” Kataku sambil menghapus foto itu. “Dari tadi ulang mulu.” Kata Rangga mulai bosan.

“Ganti latar aja deh kayanya…. Soalnya suasananya gak mendukung.” Kataku. Akhirnya, setelah berganti latar hasil foto-fotonya bagus semua dan tak ada yang dihapus.

Kami pun pulang, saat kami membuka pintu villa suasana villa sudah begitu rapi, dan disitu tertuliskan surat yang ditulis dengan tinta merah pekat. Yang tertuliskan: Tolong jangan berantakan ya villa nya saya lelah membereskannya. Nanti anak-anak saya tidak nyaman bermain jika keadaannya seperti ini.

“Wah, ternyata Ibu Eli baik ya?” Kata Keni. Kemudian, kami mengunjungi rumah Bu Eli pemilik villa tersebut. “Bu terima kasih atas bantuannya ya. Maaf sudah membuat villa berantakan, jadi ibu lelah membersihkannya.” Kata Indra berterima kasih. “Loh, ibu dari tadi disini dan tidak main ke villa” kata Ibu Eli. “Loh, bukankah Bu Eli meninggalkan surat ini?” Tanyaku sambil memberikan surat tadi.

Ibu Eli kaget karena tulisan itu bukanlah hasil tulisannya. Warna tintanya pun lebih pekat dari warna tinta pulpen biasanya. Ketika Ibu Eli meraba tinta itu ternyata itu adalah darah. Ibu Eli bicara “Oh, itu tadi pembantu saya..”. “Kok, ibu tampak gugup seperti itu?” Tanya Rangga heran. “Oh tidak, ibu hanya lelah saja habis membereskan gudang belakang.” Kata Ibu Eli menyembunyikan sesuatu.

Karena tak bisa berbuat apapun kami pun kembali ke villa. Aku membaca novel kesayanganku yang berjudul “Cinta di Depan Mata”. Kebetulan waktu itu, Keni dan Shera sedang keluar untuk membeli jagung bakar. Dengan asyik aku membaca novel itu aku pun mendengar ada suara pintu yang dibanting.

Aku kira Indra membanting pintu karena biasanya ialah orang yang paling sensitif diantara kami semua. Ketika melihat keluar kamar, ternyata pintu tetap terbuka. Dan Indra sedang asyik saja memainkan PSP nya. “Kev, tadi lu banting pintu ya? Berisik tau!!!” Kataku menyalahkan Kevin.

“Ih, apaan sih? Lu jadi nyalahin gue begitu… dari tadi gue lagi ngegambar disini juga… Kagak deket-deket sama pintu.” Kata Kevin. “Terus tadi siapa dong? Tadi ada yang banting pintu soalnya.” Kataku heran. “Mana gue tau…” Kata Kevin dengan santainya.

Aku masuk ke kamar dan menganbil senter. Diam-diam aku berjalan, “Woy!! Angel, mau kemana lu?” Tanya Keni. “Gue penasaran sama ruangan ini, semenjak kita datang ke sini ruangan ini belum pernah terbuka kan?” Kataku. “Iya juga ya? Padahal kuncinya menggantung di pintunya,” Kata Keni turut penasaran.

Akhirnya, aku dan Keni pun membuka pintu ruangan itu secara perlahan. Banyak barang yang tak kami kenal didalamnya, mungkin ruangan itu semacam gudang lagi. Tiba-tiba, Brakkk!!! Pintu ruangan itu menutup sendiri dan kami berteriak histeris meminta tolong dari dalam ruangan itu…

Ada seseorang yang menarik kaki Keni dan itu entah siapa. Aku tetap berusaha membuka pintu ruangan itu tetapi tetap saja tak berhasil. Aku pun terus berusaha tak sadar aku menangis, sedangkan Keni terus ditarik dan dia menarik kakiku. Pintu itu pun terbuka dan kami langsung lari keluar ruangan itu.

Kami lari ke ruang tamu dan disana Keni menangis Histeris. Aku pun mandi keringat karena begitu cemas dengan kejadian itu. Aku ke dapur dan mengambil segelas air minum. Disana aku melihat ada wanita cantik itu lagi. Ia sedang cuci piring dengan memasang wajah yang manis dan begitu cantik.

Aku langsung masuk kamar dan tertidur, lalu aku memeluk sesuatu dan aku merasa itu bukan guling. Saat aku bangun, aku melihat wanita itu membalikkan tubuhnya dan melihatku. Lama-lama wajah wanita itu berubah menjadi menyeramkan. Wajahnya setengah rusak, dan menjadi pucat.

“Waaaaaaaaaaaaaa………” teriakku. Dan ternyata itu hanya mimpi saja. Aku ketiduran ketika membaca novel tersebut. Untunglah, itu bukan kenyataan. Kevin dan Indra yang berada dikamar sebelah menghampiriku dan panik. “Ada apa?” Kata Kevin dan Indra bersamaan.
“Gak apa-apa” kataku sambil ngos-ngosan. “Ya sudah kalau gak ada apa-apa” Kata Indra langsung meninggalkanku. Tetapi, Kevin terdiam dan tidak pergi dia terus menatapku. “Kenapa lu masih disini? Kenapa lu liatin gue kaya gitu? Naksir lu?” tanyaku.

“Gue rasa lu gak baik-baik aja, raut wajah lu ketakutan, tangan lu gemeteran kaya ada sesuatu yang ngeganggu lu” ucapnya dan terus menatapku. Aku terdiam sekejap mengingat yang terjadi didalam mimpiku tadi. Aku tertawa kecil “Gue baik-baik aja kok” kata ku

meyakinkan Kevin. Kevin menghampiriku dan duduk disebelahku kemudian memelukku. “Dari wajah lu, gue liat lu ketakutan dan merasa cemas…” kata Kevin. “Apaan sih lu? Gue udah bilang kalau gue baik-baik aja” kataku sambil turun dari kasur.

Rangga berlari kedalam dan memanggil kami berdua “Woy!!! Jagung bakarnya udah jadi noh!!!” Kata Rangga. Kami pun langsung berlari
keluar dan mengambil jagung bakar itu. Kevin tak lupa juga dengan kejadian tadi, dia terus bertanya ada apa denganku sudah 2 hari belakangan ini aku bertindak aneh.

Tapi aku tetap saja merahasiakan semua yang terjadi. Karena aku terus merahasiakannya akhirnya Kevin pun berhenti menanyakan yang seperti itu. Aku terus malamu memikirkan mimpi tadi malam. Tapi aku tak ingat jalan menuju ruangan tersebut. Ya sudah lah, aku lupakan saja.

Keni pun ingin mengambil air minum. Tiba-tiba, ia melihat wanita cantik yang aku pernah lihat waktu itu. Dia mencuci kepala manusia. Keni kaget dan menjerit kemudian lari ke kamar. Ia biasa menulis diary, saat ia berkaca ia melihat sesosok tubuh tanpa kepala persis seperti yang aku lihat waktu itu.

“Ya Tuhan, apa yang terjadi?” Kata Keni mulai merasa ketakutan. Keni menutup matanya karena ketakutan, kemudian ia melihat lagi ke kaca dan ia melihat wanita cantik itu membawa kepala manusia dan sedang berpelukan dengan tubuh tanpa kepala itu. Keni semakin takut, ia pun masuk ke dalam lemari. Ia merasa aman disana, dan ia melihat sekelilingnya saat ia menengok ke sebelah kiri.

Ia melihat wajah wanita yang sebagian rusak dan sebagian rata. Ia menjerit “Waa” ternyata itu hanya mimpi. Keni ketiduran di ayunan itu. Karena merasa lelah Keni pun ingin bernyanyi seperti kemarin malam lagi agar tidak merasa suntuk.

Akhirnya, Indra pun memainkan gitar kesayangannya itu. Dan kami semua mulai bernyanyi-nyanyi. Keni melihat ada tukang bakso lewat dan dia ingin membelinya. Ia pun menghampiri tukang bakso itu. “Bang beli baksonya dong… satu porsi berapa bang?” Tanya Keni. Dengan nada suara yang lembut dan lemas tukang bakso menjawab “Mau yang mana neng? Mau campur daging tikus? Daging kuda? Atau daging manusia?” tanya tukang bakso itu.

“Bang, kok menunya aneh-aneh sih?” Keni heran dan melihat kedalam panci bakso itu. “Ya tuhan!!!” kata Keni kaget. “Gak jadi deh bang… saya gak jadi beli” kata Keni dan langsung berlari. Dengan paniknya, Keni berbicara kepada kami. “A…A…Anu… Anu… A…Ada… Kep…Kep..” Gagap Keni. Buakkk~!!! Keni jatuh pingsan.

Keni pun dibawa ke klinik terdekat. Dokter bilang kalau Keni mengalami shock berat sehingga ia akan sulit diajak bicara untuk beberapa hari ini. Aku dan teman lainnya pun memahami. Ya mungkin Keni mengalami hal yang sama seperti aku waktu sedang jalan malam dengan Kevin.

Keni pun sudah membaik, ia mulai menulis dibuku diary-nya lagi. Ketika itu ada yang memegang pundaknya dari belakang. Lelaki tampan yang memegang pundaknya, ia merasa terpesona melihat lelaki itu. Sampai-sampai ia melupakan pacarnya,Rangga.

Karena merasa gugup Keni membelakangi lelaki tersebut dan salting sendiri. Tiba-tiba ada suara benda jatuh dan menggelinding menuju kakinya. Keni tak tahu apakah yang menggelinding ke kakinya. Perlahan ia melihat kebawah. Ya Ampun!!!! Itu kan kepala... Batin Keni. Dari bawah ia melihat keatas.

Ternyata, kepala lelaki itu lah yang menggelinding. Keni mulai menjerit lagi dan berlari memeluk Rangga. “Ga, tolong ga disana ada orang kepala copot!!!” kata Keni tak tenang. “Gak ada kepala copot Ken…” Kata Rangga berusaha menenangkan Keni. “Enggak!!! Tadi kepalanya gelinding ke kaki gue!!!” kata Keni. “Udah lupain aja” Kata Keni.
Keni pun mulai tenang. Ia mencari buku diary yang tadi ditinggalkannya. Kemudian, ia memojok dikamar dan mulai menulis. Telepon didalam kamar berdering dan Keni mengangkatnya. “Halo?” kata Keni. Kematianmu sudah dekat dengan nada wanita yang lemah lembut. Keni segera menutup telepon dan mulai panik. Ia tak mengerti apa maksud dari perkataan itu. Akhirnya, Keni melanjutkan menulis diary. Bulu kuduk Keni berdiri, merasa udara disana begitu dingin.

Merasa ada seseorang yang bernafas dilehernya. Ia menengok ke arah nafas tersebut ia kaget melihat kepala bayi yang tertawa disampingnya. Keni menjerit ketakutan. Kami semua pun masuk ke kamar cewek dan menghampiri Keni. Ketika kami datang, kami melihat Keni sudah tertindih lemari yang besar dan tertindih ranjang kasur kami.
Dengan tragis, Keni tewas ditempat dan kami semua berduka menangis meratapi semua yang terjadi. Darah melumuri seluruh tubuh Keni. Kami menelpon ambulance untuk membawa Keni kembali ke Bekasi. Rangga ikut pulang untuk menghadiri pemakaman Keni di sana.

Keesokan paginya, Alya datang menyusul kami ke villa. Aku melihat begitu bahagianya Kevin dan Alya ketika mereka bertemu. Tapi entah kenapa hatiku rasanya panas seolah terbakar api yang membara.Apa aku cemburu? Batinku. “Ah, tapi gak mungkin Angel!!!!!” Kataku ribet sendiri.

Ketika malamnya, aku mengantar Alya yang ingin berenang di kolam belakang. Aku pun mengantar Alya, dan aku hanya duduk menunggu Alya sedangkan Kevin sedang memanggang barbeque untuk kami semua. Kemudian, saat Alya sedang santai berenang entah apa yang terjadi Alya meminta tolong seolah-olah akan tenggelam. “Ya, jangan akting deh… Mentang-mentang cowok lu gak bisa akting jadi lu akting terus” Kata Kevin sambil tetap memanggang barbeque.
Alya terus minta tolong, dan terus berusaha agar tidak tenggelam. “Kev, kayanya cewek lu gak akting deh.” Kataku. “Ah, dia cuma akting doang biar gue khawatir… Udah biarin aja, dia kan jago berenang.” Kata Kevin tetap memanggang. Alya berteriak sekencang-kencangnya meminta tolong kepada semua orang yang ada disekitar kolam renang.

Aku mulai merasa kasihan. “Kev!!! Itu si Alya mau tenggelem!!!” kataku membentak Kevin. “Cuma akting, gel” kata Kevin tetap santai. “Cowok gila lu!!!” kataku dan tanpa pikir panjang lagi aku langsung menyebur ke kolam untuk mencari Alya. Saat aku akan menyebur Alya sudah tenggelam dan aku harus mencarinya.

Tapi, anehnya berkeliling kolam aku tak menemukan Alya. Aku naik ke permukaan dan melihat sekeliling kolam renang. Aku melihat si Alya yang duduk main ayunan di dekat pohon sana. Aku berpikir kalau Alya benar-benar akting dan mengerjaiku saja. Aku berteriak memanggil nama Alya dari kolam, dan aku naik ke atas.
“Ngapain lu manggil nama si Alya?” kata Kevin. “Si Alya gak ada di kolam renang, tuh dia udah duduk di ayunan sana” kataku sambil menunjuk ayunan yang berayun sendiri. “Mana?” tanya Kevin. “Itu tuh… di ayunan sana…” kata ku. “Ah, ngaco lu” Kevin pun melanjutkan memanggang barbeque nya.

Aku pun menghampiri Alya yang sedang bermain ayunan sambil menyanyikan lagu Lengser Wengi. Dengan wajah yang pucat, tatapan yang kosong, nada suara yang lembut, dan pakaian yang berbeda aku melihat Alya. “Ya, jangan pake tampang gituan dong, serem tau… Pake nyanyi lagu Lengser Wengi segala lagi. Makin serem tau gak? Terus cepet amat lu ganti baju?” Kataku bicara pada Alya.

“Gel, aku mau nitip Kevin sama kamu, tolong jagain dia, sayangi dia kaya aku sayang sama dia selama ini. Aku mau pergi ninggalin kalian dan aku mau ucapin selamat tinggal sama kalian semua. Ajal udah menjemput aku, tolong yakinkan yang lain kalau aku udah gak ada.” Kata Alya dengan tatapan kosong dan nada bicara yang datar.

“Etdah… Tumben bahasa lu hahahah…. Maksud lu? Lu mati? Jangan bercanda deh Ya!!!” kata ku gak yakin. Alya pun tertawa cekikikan dan terbang ke atas meninggalkanku. Dan aku hanya menatap keatas menyaksikan kepergian Alya.
Aku kembali ke tempat panggang barbeque, dan menceritakan semua kepada Kevin. Tetapi Kevin tetap tak percaya juga. Aku berusaha meyakinkan mereka, tapi mereka tak yakin juga. Padahal sudah 2 hari Alya menghilang dan belum ditemukan juga.

Setelah, hilangnya Alya selama berhari-hari Kevin pun percaya. Namun, tetap saja Shera dan Indra tak percaya juga. Kevin mulai curiga dengan semuanya, akhirnya kami berempat mencari informasi tentang villa itu.

Awalnya, penghuni puncak tak mau membuka mulutnya untuk memberi informasi kepada kami. Akhirnya, kami bertanya terlebih dahulu kepada Pak Ujang penjaga villa tersebut. Pak Ujang bilang kalau tempat itu memang angker. Kami mulai lega karena pada akhirnya Pak Ujang mau memberikan informasinya kepada kami.

“Pak Ujang teh udah pernah bilang pan sama eneng-eneng sama Aa-aa… Kalau tempat ini teh rada angker, ceuk Pak Ujang juga apa? Tapi eneng sama Aa teh tidak mau dengerin Pak Ujang jadi we gini jadinya. Pak Ujang teh disini suka liat awewe yang duduk diayunan pojok sebelah sana… terus suka denger suara bayi, trus Pak Ujang juga sok ningali lelaki anu bawa-bawa kepala dina tangannya. Tapi Pak Ujang mah tidak tahu Sejarah bangunan ini, soalna Pak Ujang mah kerja disini the baru 2 tahun. Kalau mau nanya sejarahna mah ka warga disini we.” Kata Pak Ujang dengan logat sundanya.

Kami pun bertanya kepada Bu Lina tetangga villa yang kami tempati. Perlahan kami paksa Ibu Lina untuk buka mulut dan perlahan Ibu Lina mau memberikan informasi yang diketahuinya. “Ibu, kami boleh tau tentang villa yang kami tempati? Apa disana berhantu? Soalnya sudah ada 1 teman kami yang tewas secara tragis disana lalu ada 1 teman kami yang hilang dikolam berenang.” Jelas Indra.

“Iya, ibu juga suka takut kalau lewat ke Villa Anggun Biru… Waktu itu kan nak Kevin juga denger suara bayi nangis… sebenarnya itu suara bayi yang sudah meninggal tapi Ibu Lina juga gak tahu meninggal kenapa sampe bisa menghantui kaya gitu. Mungkin kalian bisa tanyain ke pemilik villa ini” kata Ibu Lina.

Kami pun pergi menuju rumah Ibu Eli yang jaraknya tidak begitu jauh dari Villa Anggun Biru. Tok~Tok~!!! Kami mengetuk pintu rumah Ibu Eli. Dan kami membujuk Ibu Eli untuk menceritakan semuanya. Ya, memang membujuk Ibu Eli tidak sesulit membujuk Ibu Lina. Akhirnya, Ibu Eli pun menceritakan kepada kami.

“Ibu membeli villa itu waktu ada orang yang ketakutan, dia menjual villa itu dengan harga murah kepada ibu. Karena lumayan bisa jadi usaha ya sudah ibu beli saja villa itu. Waktu itu Ibu membuka pintu rumah itu, ibu ngeliat banyak mayat disana. Ada yang dimutilasi, ada yang dipenggal kepalanya. Ibu minta bantuan polisi aja, tapi sampe sekarang Ibu gak tau gimana sejarah bangunan itu. Kalau kalian mau tau lebih lanjut datengin aja alamat ini… cukup jauh sih dari sini sekitar 3 jam perjalanan soalnya rumah pemilik sebelumnya ada di Bandung” Jelas Ibu Eli.

Karena rasa penasaran dan ingin tahu yang tinggi, kami nekat untuk mendatangi alamat tersebut meski harus menempuh jarak yang jauh. Ketika diperjalanan kami terus berbincang tentang Villa Anggun Biru. Hujan deras mengguyur bumi dan saat itu pun sudah hampir malam.

Kami sampai dirumah itu, namun rumah itu kosong. Tetangga bilang kalau pemilik rumah ini pulangnya pukul 8 malam. Sedangkan, kami harus menunggu selama 1 jam karena Indra yang kelelahan menyetir sedari tadi Indra pun terlelap tidur. Suasana membuat kami mengantuk, akhirnya kami pun menyusul Indra untuk terlelap tidur.

Setelah itu datanglah sang pemilik rumah tersebut, dan mengajak kami masuk. Kami pun masuk, dan mengajak ngobrol. “Maaf sebelumnya, adik-adik ini siapa ya? Dan dari mana? Ada perlu apa datang kemari?” Tanya Ibu Vita memulai. “Permisi mengganggu sebelumnya, saya Kevin dan ini teman-teman saya kami datang dari Bogor Villa Anggun Biru. Kami mau menanyakan sesuatu” Jawab Kevin.

“Apa yang mau ditanyakan ya?” Tanya Ibu Vita. Jawabku, “ begini saya mau mengetahui bagaimana sejarah Villa Anggun Biru. Ibu Eli memberikan alamat Ibu kepada saya untuk menanyakan bagaimana sejarah pada bangunan tersebut”. “Oh begitu? Waktu itu . . . . “ Kata Ibu Vita.

( FLASH BACK . . . ) Caution No Childern !!!
Ketika itu, Ibu merupakan pembantu dari rumah yang sekarang sudah menjadi Villa Anggun Biru. Ibu bekerja pada sebuah keluarga yang terdiri dari 1 orang ibu yang cantik, 1 orang bapak yang muda dan tampan, 1 orang bayi dan 2 partner saya yang menjadi pembantu disana.

Ketika itu, mereka merupakan keluarga yang sangat harmonis. Hingga pada suatu hari, bapak Aldi stres menafkahi keluarganya karena kebutuhan yang sangat banyak. Akhirnya, pak Aldi sering mabuk dan pulang tengah malam. Hingga pada suatu hari saya melihat mereka bertengkar. Pak Aldi menyiramkan air keras kepada istrinya Ibu Amel.

Pada saat itulah, Ibu Amel mendendam terhadap pak Aldi ia mengambil samurai yang dipajang. Saat samurai ditangannya, Ibu Amel menebas leher pak Aldi begitu saja dan kepala pak Aldi pun terpisah dari tubuhnya sekejap. Dalam keributan itu, saya, Ijah dan Vivi mengamankan diri.

Bayinya ibu Amel menangis dan pada saat itu saya lah Baby sitternya tetapi saya tidak berani keluar dari dalam lemari. Saya mengintip sedikit dalam lemari. Astaga, Ibu Amel memutilasi bayinya yang saat itu masih berumur 3 bulan. Saya merasa ketakutan dan Ibu Amel melirik ke arah lemari.

Disitu saya berdoa agar aman, akhirnya saya aman dan ibu amel masuk ke gudang ditempat Vivi bersembunyi. Diam-diam saya mengintip ke dalam gudang, astaga penganiayaan macam apa ini? Teganya ibu Amel melukai dan menusuk kaki Vivi menggunakan pisau. Sungguh sadis saya pun langsung menangis.

Ibu Amel keluar dari gudang tersebut dan saya langsung bersembunyi di balik tirai jendela yang kebetulan sangat besar. Saya terus mengikuti Ibu Amel yang mencari penghuni rumah. Di halaman belakang, Ibu Amel melihat ada bi Ijah yang setengah baya itu bersembunyi. Bi Ijah sudah memohon-mohon agar tidak disakiti oleh ibu Amel.

Entah apa yang merasukinya, Ibu Amel melemparkan bi Ijah yang tak bisa berenang ke dalam kolam renang itu. Bi Ijah pun mati ditempat. Ibu Amel tetap mencari saya, namun syukurlah ia tak menemukan saya. Saya mengintip Ibu Amel ia membanjur dirinya dengan air keras. Dia menjerit kesakitang dan mendadak tewas mengenaskan.

Saya berlari memohon pertolongan namun keadaan disana sangat sepi. Saya pun melihat ada Ibu Eli yang lewat, saya langsung mengejarnya dan menjual rumah itu dengan harga yang murah sekitar 10 juta.

Ibu Eli pun menerimanya dan saat itu saya langsung kembali kesini.
“Dan begitulah ceritanya” kata Ibu Vita mengakhiri ceritanya. “Oh… jadi begitu ya bu? Sungguh tragis sekali kejadiannya” Kata Rangga menanggapi.

“Hoaaammm, gue pegel pegel nih mau tidur dulu di mobil. Bu, saya permisi dulu ya” kata indera dan langsung masuk ke mobil untuk tidur. “Oh, baiklah nak… Saya mau buat minum terlebih dahulu ya” Kata ibu Vita.

Saat Indera tidur, tiba-tiba ada yang mengetuk jendela mobil. Indera tak bangun juga, namun ketukan jendela semakin keras dan Indera pun terbangun. Saat melihat keluar jendela ia melihat sesosok wanita yang wajahnya rata sebelah. Persis seperti sosok yang dilihat oleh Keni pada waktu itu.

Indera menjerit dan tak tahu apa yang harus dilakukan, dalam waktu singkat sosok itu langsung menghilang.

Seketika, teman-temannya langsung mendatanginya dan bertanya kepada Indera. “Ada apaan dera?” Tanyaku pada Indera. Indera menjawab dengan nada suara ketakutan dan gugup, “Itu ta ta tadi a a a a ada cewek mu mu muka rat rat rata tap pi c cum Cuma se se seb sebe sebel sebel”. Kevin menampar Indera dan Indera pun langsung berbicara “sebelah” kata Indera meneruskan.

“Mana mana? Mana ceweknya?” Tanya Shera. “Udah pergi yang.” Jawab Indera. “Zzz… Udah ah kita pulang yuk, aku ga mau ada korban lagi"kata Shera yang memohon kepada teman - temannya dan pacarnya. Akhirnyapun mereka pulang, tanpa sepengetahuan mereka, ternyata di kursi paling belakang Sosok Wanita wajah rata sebelah itu duduk dan mengikuti mereka pulang. Hiiiiiiii Hiiiiiiiiiii Hiiiiiiiiiii


https://www.facebook.com/afievfuana